“Perbedaan Antara Lama Berkendara Motor Dan Lama
Berkendara Menggunakan Mobil Terhadap Timbulnya Keluhan Nyeri Pada Daerah
Punggung Bawah “
Oleh:
Kelompok 5 ( S1-3A )
1. Erma Eka A (101.0039)
2. Malvinas K P (101.0065)
3. Nur Alisa (101.0081)
4. Nuril Fadlila (101.0083)
5. Verry Effriliyana (101.0111)
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering
terjadi saat ini. 60% orang dewasa mengalami nyeri punggung bawah karena
masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya
lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat
menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak
sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada
bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus
pulposus (Chang, 2006 dalam Zamna, 2007). Fenomena diatas sekarang
juga terjadi pada pengendara sepeda motor dan mobil, pekerjaan yang dijalani
setiap hari diatas kendaraan memungkinkan terjadinya low back
pain. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti pada PT.
Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria) di Solo, dilihat
dari jam kerja yang dimulai dari pukul 09.00 - 17.00 wib, para pengendara motor
dan mobil bisa berkendara sampai 6 jam setiap harinya.
Menurut
data Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika (2001), padaperiode tahun
1996 – 1998 terdapat 4.390.000 kasus penyakit akibat kerja yangdilaporkan, 64%
diantaranya adalah gangguan yang berhubungan dengan faktorresiko ergonomi. OSHA
(2000) menyatakan sekitar 34% dari total hari kerja yanghilang karena cedera
dan sakit yang diakibatkan oleh Musculoskeletal Disorders(MSDs) sehingga
memerlukan biaya kompensasi sebesar 15 sampai 20 miliar dolar US.
Keluhan
dan gangguan kesehatan terkait muskuloskeletal yang umumnyadijumpai akibat
mengemudi antara lain adalah nyeri pada leher, punggung, dan bahu,kejang,
tekanan dan sirkulasi darah yang buruk di daerah kaki dan bokong, segera setelah
mengemudi resiko cedera punggung bawah akibat mengangkat meningkat dan terjadi
degenerasi pada diskus spinal dan herniasi diskus (Ergonomic Today, 2002).
Hasil
studi Depkes tentang profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan
bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungandengan
pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja, menurut studi
yangdilakukan tehadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya
berupapenyakit musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%),
gangguan pernapasan (3%), dan gangguan THT (1,5%).
Data
epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namundiperkirakan 40%
penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri
pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%.Insiden
berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia
berkisarantara 3-17% (Sadeli & Tjahjono, 2001).
Porter
dan Gyi (2002) telah melakukan penelitian pada pengemudi mobiltentang
prevalensi MSDs. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwamengemudi
mobil berhubungan dengan angka absensi kesakitan akibat keluhan LBPdan mereka
yang mengemudi sebagai bagian dari pekerjaannya lebih beresikomengalami
gangguan punggung bawah dibandingkan dengan mereka yang bekerjaduduk (bukan
mengemudi) dan berdiri (Occupational Journal, 2002).
Pada
penelitian yang dilakukan oleh Magnusson et al. (1996) ditemukan 81% pengemudi mobil
diAmerika dan 49% di Swedia mengalami LBP. Penelitian kontemporer yang
dikemukakan oleh Hu-tech (2005) menjelaskanbahwa setidaknya setengah dari para
pengemudi kendaraan jarak jauh menderita sakitpada tubuh bagian belakang.
Penelitian ini juga menyatakan orang yang mengendaraimobil selama lebih dari 4
jam sehari, 6 kali lebih beresiko absen dari pekerjaannyakarena sakit punggung
daripada orang yang mengemudi kurang dari 2 jam.
Nyeri
punggung bawah atau low back pain (LBP) merupakan keluhan yang
sering kita dengar dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan
dialami oleh orang usia muda (Paliyama, 2003). Low back painatau
nyeri punggiuig bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino,
2002). Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Menurut Rakel
(2002), low back pain adalah nyeri punggung bawah yang berasal
dari tulang belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah
tersebut. Low back pain diklasifikasikan kedalam 2 kelompok
yaitu kronik dan akut. Low back pain akut terjadi dalam waktu
kurang dari 12 minggu. Sedangkan low back pain kronik terjadi
dalam waktu 3 bulan (Rogers, 2006). Dengan demikian low back pain adalah
gangguan muskuloskeletal yang pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh
berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.
Faktor
resiko terjadinya low back pain karena tegangnya postur tubuh,
obesitas, kehamilan, faktor psikologi dan beberapa aktivitas yang dilakukan
dengan tidak benar seperti mengangkat barang yang berat dan duduk yang lama.
(Klooch, 2006 dalam Zamna, 2007).
Usia
merupakan faktor yang memperberat terjadinya low back pain, sehingga
biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsifungsi
tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda.
Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda sudah terkena low
back pain (Paliyama, 2003).
Sukarto
(2007) mengatakan, "Saat manusia duduk, beban maksimal lebih berat 6-7
kali dari berdiri. Tulang atlas yang menyangga tengkorak mengalami beban
terberat. Jika riding position-nya salah, bagian tulang
belakang yakni vertebra lumbal 2-3 (mendekati tulang pinggul) akan terserang
nyeri punggung bawah. Jika salah terus, berulang-ulang apalagi ditambah getaran
kontinu, akan timbul radang (artrosis lumbalis) lalu pengapuran tulang belakang
dan terjepitnya syaraf tulang belakang. Jika sudah parah bisa terjadi fraktur
atau patah". Putra (2007) mengatakan bahwa pabrikan harus merancang posisi
pengendara dan penumpang yang baik aman dan nyaman karena hal ini juga
mempengaruhi ergonomi motor. Kaitannya terhadap si pengendara yang didalamnya
mempelajari antropometri (human dimension), Bio Mechanic (ilmu
tentang gerak tubuh), fisiologi (faal, psikologi dan penginderaan). Berkendara
pun harus memperhatikan ketahanan tubuh, jangan berkendara lebih dari 2,5 jam
karena inilah waktu maksimal yang masih bisa dijalani tubuh. Namun variabel
waktu ini dapat berkurang bila pengendara tidak memiliki daya tahan tubuh yang
baik akan posisi berkendara yang salah. Keluhan nyeri punggung bawah akan mulai
dirasakan setelah 6 bulan, apabila pengendara sepeda motor secara rutin
berkendara setiap hari minimal 2,5 jam (Sukarto, 2007).
Menurut
Samara (2004), setelah duduk selama 15-20 menit, otot-otot punggung biasanya
mulai letih, mulai dirasakan nyeri punggung bawah. Apabila kejadian duduk dalam
waktu lama saat berkendara tersebut sering terjadi, sangat berpotensi sekali
terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pengendara sepeda motor dan mobil.
Apabila terjadi nyeri punggung bawah pada para pengendara motor dan mobil,
secara tidak langsung akan menurunkan tingkat produktifitas mereka.
Oleh karena
itu peneliti menganggap sangat perlu untuk mengetahui, apakah ada hubungan
antara lama berkendara dengan timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Dimana
bila kondisi ini memiliki hubungan, diharapkan timbulnya keluhan nyeri punggung
bawah dapat diminimalisir atau dicegah sehingga gangguan-gangguan yang
disebabkan oleh nyeri punggung bawah, seperti penurunan tingkat produktifitas
dapat dicegah.
1.2 Identifikasi
Masalah
Punggung
harus bekerja tanpa berhenti 24 jam sehari. Dalam posisi duduk, berdiri
(mengerjakan pekerjaan rumah tangga, berjalan) bahkan tidur, harus bekerja
keras menyangga tubuh kita. Bisa dibayangkan , jika kita tak jeli menjaga
kesehatan punggung, maka nyeri punggung atau nyeri tulang belakang atau back
pain pun menimpa. penyebab low back pain yang paling
sering adalah duduk terlalu lama, sikap duduk yang tidak tepat,postur tubuh
yang tidak ideal (improper), aktivitas yang berlebihan, serta trauma. Jadi,
untuk mencegah nyeri punggung, yang harus dilakukan adalah menghindari semua
itu (Gatam, 2006).
Duduk lama
dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan
dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan, bila ini berlanjut terus, akan
menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan
hernia nukleus pulposus. Bila tekanan pada bantalan saraf pada orang yang
berdiri dianggap 100 persen, maka orang yang duduk tegak dapat menyebabkan
tekanan pada bantalan saraf tersebut sebesar 140 persen. Tekanan ini menjadi
lebih besar lagi 190 persen bila ia duduk dengan badan membungkuk ke depan.
Namun, orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena otot-otot punggungnya
lebih tegang. Sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih ringan,
namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar. Setelah duduk selama 15-20
menit, otot-otot punggung biasanya mulai letih. Maka, mulai dirasakan nyeri
punggung bawah (Samara, 2004).
1.3 Batasan
Masalah
Dikarenakan
keterbatasan waktu, tenaga, teori dan biaya maka pada penelitian ini, peneliti
lebih memfokuskan terhadap lama waktu berkendara yang dijalani setiap hari
minimal 2,5 jam dalam sehari, pada pengendara sepeda motor dan pengendara
mobil.
1.4 Perumusan
Masalah
Sukarto
(2007), mengemukakan bahwa dalam berkendara pun harus memperhatikan ketahanan
tubuh. Jangan berkendara lebih dari 2,5 jam karena inilah waktu maksimal yang
masih bisa dijalani tubuh. Maka masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian
ini “Apakah perbedaan antara lama berkendara motor dan lama berkendara
menggunakan mobil terhadap timbulnya keluhan nyeri pada daerah punggung bawah
?”
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penilitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan antara lama berekndara motor
dan lama berkendara menggunakan mobil terhadap timbulnya keluhan nyeri pada
daerah punggung bawah.
Tujuan
Khusus
1)
Mengidentifikasi berapa lama waktu
berkendara dalam sehari.
2)
Mengidentifikasi posisi berkendara yang dilakukan
pada saat berkendara.
1.6 Manfaat Penelitian
1)
Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian low back pain pada pengendara motor dan pengendara
mobil.
2)
Memberikan informasi tentang timbulnya pada sistem muskuloskeletal
akibat lama berkendara motor dan mobil.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Berkendara
Konsep Safety and Deffensive Riding adalah konsep berkendara yang aman
dalam berkendara roda dua dan roda empat, baik untuk pengendara itu sendiri dan
lingkungan lain disekitarnya. Konsep ini dibagi menjadi dua, yaitu Safety
Riding dan Deffensive Riding. Konsep
Safety Riding adalah kosnsep dasar yang lebih ditekankan kepada persiapan si
pengendara dan kendaraan itu sendiri dalam menghadapi segala kejadian yang akan
terjadi dijalan raya. Contoh persiapan yang dilakukan seperti helm berstandar
SNI, jaket, masker, dan perlu juga menggunakan sarung tangan untuk melindungi
tangan kita dari gesekan, sarung tangan yang digunakan lebih baik dari bahan
kulit sintetis. Kemudian yang terakhir adalah sepatu yang bisa melindungi
kaki hingga mata kaki kita, karena sepatu yang melindungi hingga mata kaki
dalam mengurangi cidera yang terjadi pada mata kaki, karena mata kaki adalah
inti dari kekokohan kita dalam berpijak pada telapak kaki, maka bagian ini
perlu perlindungan ekstra dalam berkendara.
Konsep Defensive Riding adalah konsep persiapan fisik dan kewaspadaan
pengendara dalam menghadapi segala kejadian yang akan terjadi dijalan raya.
Maksudnya adalah kesehatan fisik, kemampuan dalam bereaksi cepat menghindari
kejadian yang tak terduga, kemampuan analisa akan datangnya bahaya dari sisi
mana pun, serta sadar akan hukum dan ketentuan yang berlaku dijalan.Maksudnya
kita sudah berusaha menjaga (membentuk) lingkaran pertahanan dalam berkendara
kita untuk survive dijalan raya selain menggunakan atribut safety riding
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Konsep ini dapat berjalan dengan
maksimal adalah faktor kesiapan dan standar perlengkapan berkendara pada motor
dan mobil seperti ada spion dengan fungsi dan bentuk yang benar dan fungsi rem
berjalan dengan lancar.
2.2
Konsep Berkendara dengan Sepeda Motor
Menurut
Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, motor adalah
sebuah alat yang mengubah energi menjadi tenaga mekanik dan kadangkala sinonim
dengan mesin. Motor juga dapat berarti sepeda motor yang artinya sebuah
kendaraan beroda dua bermesin.
Pada
kecelakaan lalu lintas, kendaraan roda dua adalah kendaraan yang sering
mengalami kecelakaan. Menurut data terbaru pada bulan April yang didapat
peneliti di Polwiltabes Bandung, dari 127 kasus kecelakaan, 106 diantaranya
adalah kecelakaan yang melibatkan sepeda motor roda dua. Oleh karena alasan itu
pula maka peneliti mengambil kendaraan roda dua sebagai sampel.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu yang pertama adalah
getaran dari mesin (sesuatu yang anda tidak dapat mengubah). Posisi duduk
adalah faktor kedua dan yang ketiga adalah panjang waktu yang kita kendarai.
Banyak orang yang banyak menderita Cedera Mengemudi Berulang
(RDI) seperti kram kaki, sakit punggung lumbal atau lebih rendah, leher kaku, sakit samping, sakit kepala dan ketegangan
mata. Juga, orang yang drive untuk waktu yang cukup lama bisa mendapatkan
risiko DVT (deep vein
thrombosis), dehidrasi, pembengkakan pada stres, kaki dan kelelahan pada Otot.
Mempertahankan postur yang benar saat mengemudi sangat baik untuk
mencegah cedera punggung dan leher. Berada di posisi yang salah meningkatkan
tekanan pada punggung dan leher. Posisi yang tidak wajar juga dapat menyebabkan
kejang otot dan kekakuan, yang
mengendarai kapal juga menyebabkan rasa sakit. Jadi, penting bahwa sebelum melakukan
perjalanan, perlu untuk mempersiapkan segala hal.
2.3
Konsep Berkendara dengan Mobil
Mengemudi
untuk jangka waktu lama bisa sangat rumit. Tidak hanya Anda terjebak dalam
posisi soliter selama berjam-jam, Anda juga dapat mengalami nyeri punggung saat
mengemudi atau setelah Anda keluar dari mobil. Tanpa disadari, mengemudi adalah
kegiatan yang menyebabkan Anda untuk memegang banyak strain ke belakang dan
leher otot, karena Anda harus duduk dalam posisi siaga untuk jangka waktu. Jika
Anda adalah seseorang yang melakukan banyak mengemudi, maka membayar untuk
belajar sesuatu tentang bagaimana merawat punggung Anda saat berkendara. Mencegah sakit punggung saat
mengemudi adalah sesuatu yang sangat berharga. Berikut adalah beberapa tips
tentang cara untuk menjaga punggung Anda bebas rasa sakit saat mengemudi.
Para
ilmuwan di laboratorium telah meneliti efek dari getaaran mesin saat kita
berkemudi. Spine lumbalis (punggung bawah) secara alami beresonansi pada
frekuensi 4-5 Hertz. Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa frekuensi alami
ini dapat terdistorsi. Distorsi ini dapat mengakibatkan ke beban tulang
belakang yang lebih tinggi (kompresi) pada punggung bagian bawah, sehingga
menyebabkan peluang peningkatan nyeri pada punggung bagian bawah.
Seperti
disebutkan sebelumnya seseorang tidak dapat mengubah getaran dari mesin, tapi
apa yang dapat seseorang lakukan untuk mengurangi efek ini pada punggung bawah
adalah untuk mengarahkan periode yang lebih pendek pada suatu waktu.
Tapi
begitu mulai mengemudi tubuh akan tunduk pada berbagai kekuatan seperti
percepatan dan deselerasi, gerakan lateral dari sisi ke sisi dan getaran
seluruh tubuh. Ketika duduk di kursi, kaki digunakan untuk mendukung dan
menstabilkan tubuh bagian bawah. Sementara saat mengemudi otot perut tidak
dapat memberikan stabilitas yang cukup untuk tubuh bagian atas dan lengan saat
memutar kemudi. Hal ini mengakibatkan peningkatan yang signifikan dari tekanan
torsional pada punggung bagian bawah yang pada akhirnya secara signifikan akan meningkatkan
resiko sakit punggung bagian bawah.
Pada
tahun 2004 salah satu perusahaan mobil terbesar asuransi merilis penilitian
yang mengemukakan bahwa sekitar 61% orang memiliki headrest yang salah sehingga
akan meningkatkan kemungkinan pecahnya ligamen tulang belakang, 50%
menununjukkan posisi membungkuk di atas kemudi, 25% kepala miring setiap kali
melihat kaca spion.
2.4
Konsep Terjadinya Nyeri Punggung Bawah
(Low Back Pain-LBP)
Anatomi Fisiologi Tulang Belakang
Bentuk dari tiap-tiap ruas
tulang belakang pada umumnya sama, hanya ada bedanya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya. Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :
1.
Badan ruas merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat, terletak disebelah depan.
2.
Lengkung
luas merupakan bagian yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang belakang terletak di sebelah belang dan
pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :
1)
Prosesus
spinosus / taju duri.
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas dan menonjol kebelakang.
2)
Prosesus
tranversum / taju sayap.
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
3)
Prosesus
artikulasi / taju penyendi.
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).
Ruas-ruas tulang belakang ini
tersusun dari atas kebawah dan diantara masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antara
ruas sehingga tulang belakang bias tegak dan membungkuk. Disamping itu
disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut-serabut kenyal yang
memperkuat kedudukan ruas tulang belakang.
Ditengah-tengah bagian
ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu saluran yang disebut saluran
sumsum belakang (kanalis medulla spinalis) yang didalamnya terdapat sumsum
tulang belakang.
Bagian-bagian dari ruas tulang
belakang ada 7
yaitu :
1.
Vertebra servikalis (tulang
leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Pada tagu
sayapnya terdapat lubang tempat lalunya syarap yang disebut For Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium). Ruas pertama vertebra servikalis disebut Atlas yang memungkinkan kepala
berputar kekiri dan kekanan. Ruas kedua disebut prosesus ke 7 mempunyai taju
yang disebut Prosesus Prominan, taju ruiasnya agak panjang.
2.
Vertebra
Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas, badan ruasnya besar dan kuat. Taju durinya panjang dan melengkung, pada daerah bagian dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri dan
kanan ini membentuk persendian dengan tulang iga.
3.
Vertebra
lumbalis (tulang pinggul terdiri dari 5 ruas, badan ruasnya besar, tebal dan kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5 agak
menonjol disebut Promontorium.
4.
Vertebra
Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan
menjadi sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat bergerak sedikit karena
membentuk persendian dengan sacrum.
5.
Lengkung
kolumna vertebralis dilihat dari samping kolumna Vertebralis memperlihatkan 4
kurva atau lengkung. Lengkung
vertikel daerah leher melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang. Daerah lumbal melengkung kedepan dan derah pelvis melengkung kebelakang. Lengkung servikal berkembang ketika masih kanak-kanak. Sebagai contoh
ketika merangkak, berdiri dan
berjalan mempertahankan tegak.
6.
Sendi
kolumna vertebralis dibentuk oleh bantalan tulang rawan yang dilekatkan diantara
tiap-tiap vertebra dikuatkan oleh luigamentum yang berjalan didepan dan
dibelakang vertebra sepanjang kolumna vertebralis.
7.
Cakram antar
adalah bantalan tebal dari tulang rawan fibrosa yang terdapat diantara badan
vertebra yang dapat menggerak-gerakan sendi dibentuk antara cakram dan vertebra
dengan gerakan yang terbatas dan gerakan dapat fleksi, ekstensi dan lateral samping kiri dan samping kanan.
Cakram juga berguna untuk
menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakan badan seperti waktu berlari
dan melompat. Dengan
demikian otak dan sumsum belakang terlindung oleh guncangan. Kolumna
vertebralis juga menopang berat badan permukaan berkaitan dengan otot membentuk
tapal batas posterior yang kokoh untuk rongga-rongga badan dan kaitan pada iga.
Fungsi ruas tulang belakang antara lain
:
1.
Menahan
kepela dan alat-alat tubuh yang lain.
2.
Melindungi
alat halus yang ada didalamnya (sumsum belakang).
3.
Tempat
melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
4.
Menentukan
sikap tubuh.
Definisi
Nyeri Punggung Bawah
Sekitar
80% dari populasi, seseorang dalam kehidupannya akan mengalaminyeri punggung
bawah. Menurut Jones B yang dikutip oleh Yulianto A (200), sebanyak delapan
puluh persen populasi orang dewasa dalam rentang hidupnya akan mengalami cedera
punggung bawah. Keterbatasan yang diakibatkan oleh nyeri punggung bawah pada
seseorang sangat berat. Kehilangan produktivitas akibat nyeri punggung bawah
dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
Nyeri
punggung bawah merupakan penyebab ke dua kunjungan ke dokter setelah penyakit
saluran napas atas. Sekitar 12 persen orang yang mengalami nyeri punggung bawah
menderita herniasi nukleus pulposus (HNP). Menurut Idyan (200), Low Back Pain
(LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuluskeletal
yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di
daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai
penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000:265).
Herniasi diskus (carram)
intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang
berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin sebagai dampak trauma atau
perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan. (Doenges, Marylinn,
1999:320).
Nyeri punggung bawah adalah
nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri local
maupun radikuler atau keduanya, nyeri ini terasa diantara sudut rusuk terbawah
(torakal XII) dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal dan lumbasakral dan
sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki.
Low back pain (nyeri punggung bawah) adalah
salah satu nyeri yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, juga
merupakan persoalan mayarakat karena sering mengakibatkan penderita tidak dapat
bekerja dalam kesehariannya.
Low back pain dapat berupa
rasa kemeng atau sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat timbul
secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang,
dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar
ketungkai. Sering kali penderita cemas kalau LBP nya berasal dari penyakit ginjal atau kencing batu anggapan itu tidaklah
selalu benar.
Jika diperhatikan secara
seksama keluhan LBP sangat bervariasi, kualitas nyeri, intensitas serta
penyebarannya sangat bervariasi, berbagai sikap badan seperti berdiri, duduk
atau berbaring sangat berpengaruh terhadap timbulnya rasa nyeri.
Low back pain adalah nyeri
yang dirasakan daerah punggung bawah, dapatmerupakan nyeri lokal maupun nyeri
radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai
lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai
dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan
disebut kronik (Sadeli & Tjahjono, 2001).
Jenis-Jenis
Nyeri Punggung Bawah
Nyeri
punggung bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri yaitu :
1.
Nyeri punggang lokal
Jenis
ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah denganradiasi ke
kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian dibawahnya
seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2.
Iritasi pada radiks
Rasa
nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang
bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang
dapat disertai
hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh
proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3.
Nyeri rujukan somatis
Iritasi
serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom
yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di
bagian lebih superfisial.
4.
Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya
gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan
panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
5.
Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada
klaudikasio intermitens yang
dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau
menjalar ke paha. Dapat
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta
atau pada arteri iliaka
komunis.
6.
Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan
distribusi saraf dan
dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan
(Rumawas, 1996).
Nyeri punggung bawah berdasarkan sumbernya ada 4
jenis, antara lain :
1.
Nyeri punggung bawah Spondilogenik
Nyeri yang disebabkan
karena kelainan vertebrata, sndi, dan jaringan lunaknya. Antara lain spondilosis,
osteoma, osteoporosis, dan nyeri punggung miofasial
2.
Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan
karena kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal, kelainan
ginekologik, dan tumor retroperitoneal.
3.
Nyeri punggung bawah Vaskulogenik
Nyeri yang disebabkan
karena kelainan pembuluh darah, misalnya anerisma, dan gangguan peredaran
darah.
4.
Nyeri punggung bawah Psikogenik
Nyeri yang disebabkan
karena gangguan psikis seperti neurosis, ansietas, dan depresi. Nyeri ini tidak
menghasilkan definisi yang jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari
akar saraf atau saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat juga
dirasakan pada bagian dalam secara nyata atau tidak nyata, radikuler maupun non
radikuler, berat atau ringan. Lama keluhan tidak mempunyai pola yang jelas, dapat
dirasakan sebentar ataupun bertahun– tahun (Perdossi).
Etiologi
Umumnya
nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuluskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan muskuluskeletal dapat dipengaruhi
oleh aktivitas.
1.
Regangan lumbosakral akut
2.
Ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
kelemahan otot
3.
Osteoartritis tulang belakang
4.
Stenosis tulang belakang
5.
Masalah diskus intervertebralis
6.
Perbedaan panjang tungkai
7.
Pada lansia; akibat fraktus tulang
belakang, osteoporosis atau metastasis tulang.
8.
Penyebab lain, seperti gangguan ginjal,
masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah
psikosomatik.
Patofisiologi
Kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang tersusun atas
banyak unit yang kaku (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis)
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen, dan
otot paravertebralis. Konstruksi tersebut memungkinkan fleksibilitas, sementara
sisi lain tetap melindungi sumsum tulang belakang.
Lengkungan
tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari atau
melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan thoraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila
tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur, dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang
dapat berakibat nyeri punggung.
Sifat
diskus intervertebralis adalah akan mengalami perubahan seiring dengan
pertambahan usia. Pada usia muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia, diskus akan menjadi fibrokartilago yang
padat dan tidak teratur. Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung
yang biasa. Diskus lumbal bawah, L4 – L dah L – S1, menderita stress meknis
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus (HNP) atau
kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika
keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri menyebar sepanjang saraf
tersebut.
Manifestasi
Klinis
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun
nyeri punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri,
sifatnya dan penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi
cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai,
kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan
yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan
nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme
otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang
berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan
mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan
telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh
spasme akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak
dapat ditemukan. Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan
nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi atau konflik
mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita
memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali
hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja.
Manifestasi
klinis yang paling sering diraskan pada penderita low back pain antara lain :
1.
Keluhan nyeri punggung akut maupun
kronis (berlangsung lebih dari 2 bulan tanpa perbaikan) dan kelemahan.
2.
Nyeri bila tungkai ditinggikan dalam
keadaan lurus, indikasi iritasi serabut saraf.
3.
Adanya spasme otot paravertebralis
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan).
4.
Hilangnya lengkungan lordotik lumbal
yang normal.
5.
Dapat ditemukan deformitas tulang
belakang.
Penatalaksanaan
Sebagian
besar nyeri punggung dapat hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan
tirah baring, pengurangan stres, dan relaksasi. Klien harus tetap di tempat
tidur dengan matras yang padat atau kayu penyangga dan tidak membal selama dua
sampai tiga hari. Pergi ke kamar mandi boleh dilakukan, namunkegiatan lain
seperti menerima telepon, mengasuh anak, aktivitas umum yang mengakibatkan
stres sebaiknya dihindari. Klien diposisikan sedemikian rupa sehingga fleksi
lumbal lebih, yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian
kepala tempat tidur ditinggikan 0 derajat dan klien sedikit menekuk lututnya,
atau berbaring miring dengan lutut dan panggul ditekuk (posisi melingkar)
dengan meletakkan bantal diantara lutut dan tungkai serta menggunkan sebuah
bantal di bawah kepala. Hindarkan posisi tengkurap karena akan memperberat
lordosis.
Kadang
klien perlu diberikan penanganan konservatif aktiv dan fisioterapi. Traksi
pelvis intermiten dengan beban traksi tujuh samapai tiga belas kilo
memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot. Fosioterapi ditujukan
untuk mengurangi nyeri dan spasme otot hindari terapi kolam bergolak bagi klien
dengan masalah kardiovaskular, karena klien tidak mampu menoleransi
fasedilatasi perifer masif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas,
yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.
Pemberian terapi ini juga perlu dihindari pada klien dengn kanker dan gangguan
perdarahan.
Perlu
diberikan obat-obatan untuk mengalami nyeri. Analgetik narkotik untuk memutus
lingkaran nyeri, relaksan otot, dan obat penenang membuat klien rileks, serta
mengurangi otot yang mengalami spasme, sehingga nyeri dapat berkurang. Obat
anti inflamasi untuk mengurangi nyeri. Penggunaan kortikosteroid jangka pendek
dapt mengurangi respon inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis, yang
terjadi akibat iskemia. Penyokong punggung bawah dan brace dapat dipakai untuk
membatasi gerakan tulang belakang, mengoreksi postur, dan mengurangi stres pada
tulang lumbal bawah.
Transcutanneous
electrical nerve stimulation (TENS) adalah modalitas mengurangi nyeri
noninvasif yang dapat dibawa kemana-mana yang memungkinkan klien berpartisipasi
dalam aktivitas dengan nyaman tanpa obat. Stimulasi saraf elektris transkutan
diperkirakan mengurangi nyeri dengan melampaui input nyeri dan perangsangan
endorfin.
Peningkatan
mobilitas, kekuatan otot, dan kelenturan dapat dicapai melalui latihan bila
klien telah memungkikan. Latihan dimulai secara bertahap, dan ditingkatkan
begitu klien sembuh. Latihan hiperekstensi akan memperkuat otot
paravertebralis, latihan fleksi meningkatkan kekuatan dan gerakan punggung,
sehingga latihan fleksi isometrik memperkuat otot batang tubuh. Latihan
dilakukan di bawah pengawasan ahli fisioterapi dan disesuaikan dengan kemampuan
klien, setiap periode latihan selalu dimulai dengan relaksasi.
Teknik
terbaik dalam mengangkat adalah pengangkatan secara diagonal. Kaki memisah
(terbuka), dengan satu kaki yang dominan sedikit ke depan dari kaki yang lain.
Ini memberikan basis penyangga yang lebar, lebih stabil, dan lebih kuat. Tekuk
lutut dan berjongkok; jaga punggung tetap lurus dan kepala juga lurus selama
mengangkat. Posisi ini memberikan kekuatan yang lebih untuk otot-otot tungkai
yang lebih luas dan menjaga keseimbangan punggung.
1. Tirah baring :
Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang
spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal.Dibawah lutut diganjal batal
untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1
minggu.
2. Medikamentosa :
Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin,
dapat diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti
depresan atau kadang-kadang obat blokade neuratik.
3. Fisioterapi :
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul,
terapi latihan dan ortesa (kovset).
4. Psikoterapi :
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan
psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat
digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.
5. Akupuntur :
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai
neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang
kemudian menutup gerbang nyeri.
6. Terapi operatic :
Dikerjakan
apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau kasus
fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya gangguan
spinger
7. Latihan :
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk
keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah
herniasi diskus
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik :
1.
Observasi :
amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga cara duduk
yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku penderita konsisten
dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
2.
Inspeksi :
untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut
deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi
kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
3.
Nyeri yang
timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan
sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur).
4.
Palpasi :
apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot disamping
tulang belakang. Apakah
tekanan dari diantara dua prosessus spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling
sign).
5.
Perkusi
: perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok.
Pemeriksaan neurology pada
tungkai
1. Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.
2. Test provokasi (sensorik)
1)
Laseque
2)
Kering
3)
Bragard dan
sicard
4)
Patrick
(lesi coxae)
5)
Kontra
Patrik (Lesi Sakroiliakal)
3.
Adakah
tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN)
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Computed tomografhy
(CT) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya lesi
jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus
intervertebralis.
2.
Ultrasonography
: dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
3.
Magneting
resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi
tulang belakang.
4. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi
atau protrusi diskus.
5. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
6. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf
tulang belakang ( Radikulopati ).
a.
BAB 3
PEMBAHASAN
Low back pain (nyeri punggung bawah) adalah
salah satu nyeri yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, juga
merupakan persoalan mayarakat karena sering mengakibatkan penderita tidak dapat
bekerja dalam kesehariannya.
Low back pain dapat berupa
rasa kemeng atau sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat timbul
secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang,
dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar
ketungkai.
Mengemudi
untuk jangka waktu lama bisa sangat rumit. Tidak hanya akan terjebak dalam
posisi soliter selama berjam-jam, tetapi juga dapat mengalami nyeri punggung
saat mengemudi atau setelah keluar dari mobil. Tanpa disadari, mengemudi adalah
kegiatan yang memegang banyak strain ke belakang dan leher otot, karena harus
duduk dalam posisi siaga untuk jangka waktu.
Begitu
mulai mengemudi tubuh akan tunduk pada berbagai kekuatan seperti percepatan dan
deselerasi, gerakan lateral dari sisi ke sisi dan getaran seluruh tubuh. Ketika
duduk di kursi, kaki digunakan untuk mendukung dan menstabilkan tubuh bagian
bawah. Sementara saat mengemudi otot perut tidak dapat memberikan stabilitas
yang cukup untuk tubuh bagian atas dan lengan saat memutar kemudi. Hal ini
mengakibatkan peningkatan yang signifikan dari tekanan torsional pada punggung
bagian bawah yang pada akhirnya secara signifikan akan meningkatkan resiko
sakit punggung bagian bawah.
Getaran
mesin, posisi duduk yang salah, dan lama waktu mengendarai sangat berpengaruh
pada pengendara roda dua (motor). Mempertahankan postur yang benar saat
mengemudi sangat baik untuk mencegah cedera punggung dan leher. Berada di
posisi yang salah meningkatkan tekanan pada punggung dan leher.
Seseorang
tidak dapat mengubah getaran dari mesin, tapi apa yang dapat seseorang lakukan
untuk mengurangi efek ini pada punggung bawah adalah untuk mengarahkan periode
yang lebih pendek pada suatu waktu.
Berkendara
pun harus memperhatikanketahanan tubuh, jangan berkendara lebih dari 2,5 jam
karena inilah waktu maksimal yang masih bisa dijalani tubuh. Namun variabel
waktu ini dapat berkurang bila pengendara tidak memiliki daya tahan tubuh yang
baik akan posisi berkendara yang salah. Keluhan nyeri punggung bawah akan mulai
dirasakan setelah 6 bulan, apabila pengendara sepeda motor secara rutin
berkendara setiap hari minimal 2,5 jam (Sukarto, 2007).
Pengendara
motor dan pengendara mobil sangat beresiko terjadinya nyeri punggung bawah. Pada
pengendara mobil masih terdapat sandaran pada sisi belakangnya, sehingga
memungkinkan bagi pengendara untuk merelaksasikan otot-otot punggung dengan
bersandar ketika harus menempuh perjalanan jauh.
Sedangkan
pada pengendara motor dengan perjalanan jauh, tidak terdapat sandaran di sisi
belakang. Semakin lama berkendara maka otot punggung bawah juga akan semakin
tegang. Ketegangan otot akan menimbulkan rasa letih dan mulai dirasakan nyeri
punggung bawah. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pengendara motor lebih
beresiko terkena nyeri punggung bawah daripada pengendara mobil.
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Menurut
Idyan (200), Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuluskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Sukarto
(2007) mengatakan, "Saat manusia duduk, beban maksimal lebih berat 6-7
kali dari berdiri. Tulang atlas yang menyangga tengkorak mengalami beban
terberat. Jika riding position-nya salah, bagian tulang
belakang yakni vertebra lumbal 2-3 (mendekati tulang pinggul) akan terserang
nyeri punggung bawah. Jika salah terus, berulang-ulang apalagi ditambah getaran
kontinu, akan timbul radang (artrosis lumbalis) lalu pengapuran tulang belakang
dan terjepitnya syaraf tulang belakang. Jika sudah parah bisa terjadi fraktur
atau patah".
Duduk lama
dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang
dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Apabila kejadian duduk dalam waktu
lama saat berkendara tersebut sering terjadi, sangat berpotensi sekali
terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pengendara sepeda motor dan mobil.
Apabila terjadi nyeri punggung bawah pada para pengendara motor dan mobil,
secara tidak langsung akan menurunkan tingkat produktifitas mereka. Oleh karena
itu timbulnya keluhan nyeri punggung bawah harus dapat diminimalisir atau
dicegah sehingga gangguan-gangguan yang disebabkan oleh nyeri punggung bawah,
seperti penurunan tingkat produktifitas dapat dicegah.
4.2
Saran
1)
Diharapkan pembaca mengerti dan memahami
tentang konsep berkendara dengan motor dan mobil yang baik, konsep timbulnya
nyeri punggung bawah saat berkendara lama dengan menggunakan motor dan mobil.
2)
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan
agar lebih mengerti akan gangguan muskuloskeletal yang bisa timbul saat
berkendara lama.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC.
Ruth F. Craven. 2000. Fundamentals Of Nursing Edisi II. Philadelphia: Lippincot.
Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
Doenges Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Lukman,
dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Muskuluskeletal. Jakarta: Salemba Medik.
Sunarto. Latihan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah.
Medika Jelita Jakarta Edisi III/406.054.
2005
Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore :
McGraww Hill, Inc Cohen,Alexander
L. et al. 1997. Elements of Ergonomics Programs. A primer Based on Workplace
Evaluations of Musculoskeletal Disorders. Amerika : U.S Departement of
health and human services. NIOSH.
Deyo, Richard and James, Weinstein. Low Back Pain. New England Journal Med.
Vol 344 No. 5. 2001.
DiNardi , Salvatore R. 1997. The Occupational Environment -its
evaluation and control. Virginia : American Industrial Hygiene
Association.
Rumawas RT. Nyeri Pinggang Bawah (Pandangan umum). Kumpulan
makalah lengkap Kongres Nasional Perhimpunan
Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI). Palembang, 8-12 Desember 1996.
Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik, Patofisioloogi dan Penatalaksanaan.
Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
Soleha, Siti. 2009. Hubungan Faktor Risiko Ergonomi Dengan
Keluhan Musculoskeletal
disorders (MSDs) Pada Operator Can Plant PT. X, Plant Ciracas Jakarta Timur Tahun
2009. Skripsi; Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah.
Stanton, dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics
Method. USA : CRC Press.
Laurence J Fuortes, Yan Shi, Mingdon Zhang, Craig Zwerling, and
Mario Schootman. 1994. Epidemiology of Back Injury in University Hospital
Nurses from review of workers compensation records and a case control
survey. JOM.
Michael Erdil. O Bruce Dickerson and Don B Chaffin. Biomechanics
or Manual Material Handling and Low Back Pain. In Carl Zenz.
Occupational medicine. Third edition, Sl Louis Mosby. 1994.
0 komentar:
Posting Komentar